Gestalt dan Psikologi Kognitif
Gestalt dan Psikologi Kognitif
Pencetus
Psikologi Gestalt
Pencetus
pertama psikologi gestalt yaitu Max Wertheimer yang dibantu oleh 2 asisten
penelitiannya, yaitu Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler mengenai eksperimen
psikologi gestalt yang berfokus pada persepsi gerakan.
Max
Wertheimer
Max Wertheimer lahir pada 15 April
1880 di Praha. Wertheimer melanjutkan pendidikan di Universitas Praha dengan
jurusan hukum, lama kelamaan ia mulai tertarik dengan filsafat. Hingga ia
menjadi salah satu pencetus dari Psikologi Gestalt. Ia dan 2 asistennya
melakukan sebuah eksperimen dengan lampu sehingga tercipta fenomena phi.
Fenomena phi ini juga dapat dikatakan sebagai ilusi optic dimana dua objek yang
aslinya tidak bergerak namun terlihat seolah-olah bergerak dikarenakan dua
objek ini berurutan hilang dan muncuk dalam waktu yang singkat. Terlihat
seperti satu cahaya berpindah daru satu posisi ke posisi lain.
Kart
Koffka
Kurt Koffka lahir pada 18 Maret 1886
di Berlin, ia menerima gelar doctor nya di Universitas Berlin lalu melanjutkan
karirnya di Frankfurt. Saat menjadi asisten di Universitas Frankfurt ia mulai
banyak interaksi dengan Wertheimer dan melakukan eksperimen mengenai fenomena
phi.
Pada tahun 1922 Koffka menerbitkan sebuah
buku tentang psikologi gestalt berjudul
“Persepsi: Pengantar Gestalt-Theorie” yang mana buku ini membuat sebagian besar
psikolog AS keliru, mereka berasumsi bahwa psikologi gestalt hanya tertarik
pada persepsi. Padahal sebenarnya selain tentang persepsi psikologi gestalt
juga tertarik dengan filosofis dalam pembelajaran dan pemikiran. Akhirnya pada
tahun 1924 Koffka kembali menerbitkan Prinsip Psikologi Gestalt. Buku
terakhirnya diperuntukkan untuk Kohler dan Wertheimer atas dasar ucapan terima
kasihnya kepada mereka karena telah menjadi sahabat serta menyalurkan inspirasi
mereka.
Wolfgang
Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada 21
Januari 1887 di Reval. Pada tahun 1909 Kohler pergi ke Universitas Frankfurt
dan di tahun selanjutnya ia bergabung dengan Wertheimer dan Koffka dalam sebuah
penelitian yang akan melahirkan psikologi gestalt, namun 1913 terjeda karena
Kohler diundang ke stasiun antropoidnya di salah satu kepulauan Canary untuk
meneliti simpanse. Dalam psikologi Ronald Ley mengatakan bahwa Kohler ke Canary
bukan hanya meneliti simpanse tapi juga ingin mengamati aktivitas pengiriman
untuk militer Jerman.
Pada tahun 1922 ia diangkat menjadi direktur Institut Psikologi di Universitas Berlin yang mana berdampak pada Gestlat mendapat pengakyan internasional psikologi. Psikologi Gestalt ditulis dalam bahasa inggris yang dibuat khusus untuk psikologi AS. Setelah mengetahui Wertheimer, Koffka, dan Kohler berada disebuah institute ternama, Psikologi Gestalt menjadi lebih berpengaruh di Amerika Serikat. Kohler sangat banyak menerima penghargaan salah satunya penghargaan Ehrenburg (warga negara kehormatan) yang sangat langka untuk mendapatkannya, yang sebelumnya hanya diberikan kepada dua orang Amerika.
Perceptual
Constancies dan Gestalten
Perceptual
Constancies (Konstansi Persepsi)
Menurut Denmark Edgar Rubin konsep
perseptual dibagi menjadi dua, yaitu pertama sesuatu yang jelas dan menjadi
objek perhatian dan kedua tersebar dan tidak menjadi perhatian. Contohnya jika
pada sebuah frame sebenarnya terdapat 2 makna gambar, bagaimana kita
memaknainya tergantung fokus mana yang kita lihat.
Tentang
persepsi konstansi berarti bagaimana kita dalam ber presepsi atau melihat suatu
objek secara konstan atau stabil. Ada beberapa jenis perseptual konstansi,
pertama ada perseptual ukuran. Bagaimana pun kondisinya kia tetap bisa mengetahui
ukuran objek yang sebenarnya. Kedua perseptual bentuk, bagaimana kita tetap atau
konstan terhadap bentuk objek meski dilihat dari sudut pandang manapun. Ketiga perseptual
warna, kita tetap bisa mengenali warna aslinya meski dalam ruang gelap atau
terang sekalipun.
Gestalten
(Prinsip Gestalt)
Pada prinsip gestalt ini terdapat
beberapa bagian :
o
Prinsip Kontinuitas, yaitu suatu pola atau
garis yang berkelanjutan sebagai satu kelompok.
o
Prinsip Pendekatan, yaitu ketika garis
arahnya cenderung ke arah yang sama dan berdekatan.
o
Prinsip Inklusifitas, yaitu ketika kita
lebih tertarik terhadap gambar yang memiliki rangasangan lebih besar.
o
Prinsip Kesamaan, yaitu saat kedua objek
memiliki kesamaan, bahkan dikeramaian sekalipun.
o Prinsip Penutupan, yaitu cenderung melihat sesuatu dengan lengkap secara keseluruhan meskipun sebenarnya belum terisi sepenuhnya.
Subjective dan Objective Reality
Kita melakukan sesuatu atas dasar kesadaran yang dikirim sinyalnya oleh otak, yang mana otak itu sendiri bertindak berdasarkan informasi sensorik. Koffka menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara lingkungan geografis dan perilaku. Lingkungan geografis sama dengan realitas objektif, sedangkan lingkungan perilaku sama dengan realitas subjektif. Legenda Jerman kuno yang menjadi acuan bagi Koffka yang menggambarkan perbedaaan antara kedua realitas tersebut.
Dahulunya ada seorang pemuda yang menunggangi kuda di bawah badai salju, ia menemukan tempat untuk menginap. Sang pemilik rumah heran dengan pemuda itu lalu bertanya dari mana pemuda ini datang, lalu pemuda itu menunjuk lurus ke arah jalan yang telah ia lewati tadi. Pemilik rumah tambah heran dan kaget sembari berkata, “ Apakah anda tahu kalau anda melewati Danau Constance?” mendengar hal tersebut pemuda itu jatuh dari kudanya dan mati.
Disini disimpulkan bahwa pemuda ini kaget dengan realita yang baru ia ketahui, otaknya menerjemahkan beranggapan bahw ia berjalan di atas tanah yang memang normal saja untuk ditunggangi oleh kudanya. Tetapi realitas objektifnya bahwa ia sebelumnya menapaki sebuah danau namun telah membeku dan ditutupi oleh salju. Pemuda ini kaget, karena jika seandainya ia tahu sebelumnya mungkin ia tidak akan melewati jalan tersebut dan akan memilih jalan lain. Intinya realitas subjektif kita mengatur perilaku kita dari pada realitas objektif.
Gestalt
Tentang Teori Lewin
Lewin lahir pada 9
September 1890 di Mogilno, Jerman. Ia mendapat gekar doctor di tahun 1914 di
Universitas Berlin, meskipun Lewin tidak dianggap sebagai pendiri Psiikologi Gestalt namun dapat terbukti dengan karyanya yang membantu banyak di
perkembangan prinsip Gestalt. Lewin banyak
berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti pada ruang hidup, menurutnya dalam
hidup seseorang dipengaruhi oleh banyak hal entah itu dari peristiwa internal,
peristiwa eksternal dan lainnya. Dalam hal motivasi, menurut Lewin baik
kebutuhan biologis dan fisiologis harus dipenuhi agar tetap enjoy.
Dalam hal konflik, manusia memang
suka membuat masalah atau konflik. Lewin yang pertama kali menyelidiki mengenai
konflik. Dan yang terpenting dinamika kelompok, Lewin memperluas prinsip Gestalt ke perilaku
kelompok. Lewin beranggapan bahwa lingkungan kelompok (pertemanan) ataupun
lingkungan sekitar itu memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku
seseorang. Eksperimen mengenai dinamika kelompok juga telah dilakukan Lewin
sebagai suatu pembuktian. Contohnya pada jenis kepemimpinan pada sebuah kelompok,
pada kelompok yang demokrasi maka akan ramah dan produktif, kelompok otoriter
akan tegas dan sesuai kata pemimpin, dan kelompok laissez-faire akan acuh dan
tidak produktif.
Perkembangan
Psikologi Kognitif
Psikologi
kognitif berfokus pada pembahasan tentang pikiran, ingatan, pemecahan masalah, bahasa,
penilaian dan lainnya. Hal ini dapat menerjemahkan isi pikiran kita, tentang
bagaimana kita mengingat, menyelesaikan masalah, dan lainnya.
Perkembangan
Psikologi Kognitif Sebelum 1950
Psikologi Gestalt dan behaviorisme
diciptakan dalam waktu yang bersamaan (tahun 1912 dan 1913) sehingga
dicampurlah keduanya terbentuk Psikologi kognitif. Hull dan Tolman mengendalikan
peristiwa yang berhubungan dengan rangsangan dan tanggapan, menurut Hull ini
bersifat fisiologis namun menurut Tolman ini bersifat kognitif (1930-an – 1940-an).
Pada
tahun 1942 muncul gagasan Carl Rogers tentang Konseling dan Psikoterapi yang mengatakan
bahwa dalam behaviorisme maupun psikoanalisis begitu penting pengalaman sadar.
Sedangkan ditahun selanjutnya Abraham Maslow mengemukakan bahwa motivasi
seseorang dalam bertindak yaitu berdasar kebutuhan masing-masing. Pada tahun
1949 Hebb menelitit tentang alasan terhadap setiap perilaku manusia, bahkan ia
juga mendukung proses dari psikologi kognitif.
Perkembangan
Psikologi Kognitif Selama tahun 1950-an
Pada
tahun 1986 timbul keraguan dari Bernard Baars mengenai Miller yang menjadi
pemimpin paling efektif dalam kemunculan psikologi kognitif. Pada tahun 1950-an
Miller berpendapat tentang “kognisi” itu bermakna buruk karena psikologi
kognitif dianggap tidak tepat dan tidak ada sesuatu yang dapat diuji.
Muller
menjelaskan penelitiannya manusia hanya dapat membedakan 7 aspek berbeda pada
sesuatu, hingga ia meringkas pemikirannya dalam sebuah artikel. Pemikiran
Muller inilah yang masih terpakai hingga selanjutnya, ini menjadi peristiwa
penting awalnya perkembangan psikologi kognitif. Juga pada 1950-an ini para
ahli terus mengembangkan ide mereka.
Pada
tahun 1955 Hebb masih tertarik dengan proses kognitif, seperti ada contoh
mengenai orang-orang berfikir bahwa merokok akan menyebabkan kanker. Seorang
perokok dapat mengurangi disonansi kognitifnya dengan mengurangi kebiasaan
merokok tersebut dan memiliki keyakinan bahwa rokok dan kanker tidak memiliki
hubungan apapun.
Perkembangan
psikologi Kognitif Sesudah 1950-an
Pada tahun 1960-an Miller bahkan
mendirikan Pusat Studi Kognitif di Harvard. Selain mempromosikan tentang proses
psikologi kognitif ia juga menekankan gagasan pieget di psikologi AS. Pada
tahun 1963 karena Miller begitu effort terhadap perkembangan psikologi kognitif
ia diberi penghargaan Kontribusi Ilmiah serta ia menjadi presiden APA. Hebb juga
begitu terharu karena psikologi kognitif akan dipelajari juga di psikologi
kontemporer. Hingga pada tahun 1967 murid Miller menerbitkan sebuah buku yang
sangat berpengaruh dengan psikologi kognitif.
Contoh
Dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. 1. Perseptual
konstansi, bagian konstansi ukuran, Ketika kita melihat di spion kendaraan di
belakang itu kecil, tapi kita tetap tau ukuran kendaraan itu yang sebenarnya
meskipun di dalam spion ukurannya kecil.
2. 2. Subjektif
dan objektif reality, contohnya saat kita belum mengetahui realita kehidupan
ataupun peraturan kampus yang sebenarnya, maka kita akan dengan ringan untuk melakukan
suatu pelanggaran. Namun Ketika kita sudah tahu faktanya tentang peraturan
kampus maka kita akan lebih berhati-hati lagi kedepannya.
Referensi
:
Hergenhan.
(n.d.). Introduction to The History of Psychology, Fourth Edition
Komentar
Posting Komentar