Seksualitas dan Gender

 Seksualitas dan Gender




Nama             : Hanum Nabilah

NIM              : 2310321011

Kelas             : Psikologi A

Dosen Pengampu     :

Diny Amenike, M.Psi.,Psikolog

Mafaza, S.Psi.,M.Sc

Puji Gufron Rhodes, S.Psi, M.Si,




Seksualitas dan Gender

A.    The Physical Side Of Human Sexuality

Struktur fisik sistem seksual manusia antara perempuan dan laki-laki itu berbeda begitupun dengan waktu perkembangannya. Banyak yang menyamakan antara kelamin dan gender padahal dua hal itu berbeda. Jika berbicara mengenai jenis kelamin itu merujuk pada aspek biologi, seperti kondisi fisik yang membedakan perempuan dan laki-laki. Sedangkan gender itu merujuk pada ekspektasi orang terhadap perilaku yang seharusnya, seperti jika laki-laki itu maskulin dan perempuan itu feminism.

1.     Ciri – Ciri Seksual (Jenis Kelamin) Primer dan Sekunder

Jenis kelamin primer yaitu organ seksual yang sudah ad akita bawa sejak kita lahir dan akan berkembang selama masa pubertas. Jenis kelamin sekunder yaitu perubahan fisiologis pada organ seksual dan sistem reproduksi pada akhir masa pubertas.

a.     Ciri – Ciri Jenis Kelamin Primer

Pada jenis kelamin primer sudah dapat terlihat sejak masih bayi dan akan berkembang pada masa pubertas. Pada perempuan yaitu vagina (saluran penghubung antara luar tubuh dengan rahim), uterus (rahim), dan ovarium (kelenjar kelamin wanita). Pada laki-laki yaitu penis (saluran buang air kecil), testis (kelenjar kelamin laki-laki), skrotum, dan kelenjar prostat.

b.     Ciri – Ciri Jenis Kelamin Sekunder

Pada jenis kelamin sekunder itu akan berkembang pada masa pubertas dan terlibat dengan reproduksi. Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebagai penarik lawan jenis dan sebagai pembeda reproduksinya.

·       Pada Perempuan

Karakteristik jenis kelamin sekunder pada perempuan yaitu pada umur 10 sampai 12 tahun dan akan berakhir pada 1 tahun setelah menstruasi, yang mana darah dan jaringan lapisan rahim meluruh melalui vagina karena tidak ada kehamilan yang terjadi. Selain itu payudara membesar, pinggul membesar (persiapan untuk keluar janin), tumbuh rambut halus di beberapa bagian, bertambahnya lemak di bokong dan paha.

·       Pada Laki-Laki

Karakteristiknya yaitu suara berubah (lebih besar atau berat), tumbuhnya rambut halus di wajah (kumis, jenggot, dan lainnya), dada, tempat kemaluan, tekstur kulit menjadi lebih kasar, bertambah tinggi badan. Pada kasus tinggi badan, pertumbuhan laki-laki 2 tahun lebih lambat dari perempuan tapi pada laki-laki itu terus tumbuh hingga masa remajanya berakhir. Lalu pada laki-laki tumbuh jakun.

Perkembangan Seksualitas Manusia

karakteristik primer itu akan terbentuk jika embrio telah tumbuh di rahim, saat usia kehamilan 5 minggu itu terbentuk gonad, dan saluran di sebelahnya yaitu saluran Wolffian dan saluran Mullerian. Awalnya gonda belum menunjukkan akan laki-laki atau perempuan, yang penentuannya yaitu kromosom.

Jika pasangan kromosom yang ke-23 itu Y, maka gonad akan melepaskan testosteron yang mana akan menyebabkan saluran Wolffian berkembang dan saluran Mullerian berhenti. Sehingga terbentuklah karakteristik primer laki-laki.

Begitupun sebaliknya, jika pasangan kromosom yang ke-23 itu X, maka gonad akan melepaskan estrogen, yang mana akan menyebabkan saluran Mullerian berkembang dan saluran Wolffian berhenti sehingga karakteristik primernya perempuan.

Namun pada beberapa kasus ditemukan terdapat kelainan, yaitu seorang bayi yang lahir dengan jenis kelamin yang ambigu. Beberapa penyebabnya yaitu ketidakpekaan endrogen, hyperplasia adrenal kongenital, dan defisiensi dihidrotestosteron.

B.    The Psychological Side Of Human Sexuality : Gender

1.     Pengertian dan Identitas Gender

Menurut Tobach.(2001) Gender merupakan pandangan masyarakat yang diharapkan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, hal ini mencakup tindakan, bersikap, dan lainnya. Jadi gender itu ialah harapan masyarakat terhadap perilaku yang seharusnya dilakukan sebagai laki-laki atau perempuan. Contohnya laki-laki itu seharusnya maskulin dan perempuan itu feminism, jika melenceng dari itu maka dapat dinamakan melanggar identitas gender.

Pengaruh psikologis terhadap identitas gender ternyata tidak sesederhana kalau laki-laki maskulin dan perempuan feminim, jika seseorang itu melakukan hal yang tidak sesuai dengan identitas gender biasanya disebut transgender. Ada sindrom disforia gender atau ketidaksesuaian gender yang mana seseorang itu merasa salah gendernya. Sebagian besar transgender itu sedikit bahkan tidak ada tekanan yang dirasakan dari perubahan makanya ia tidak mengalami disforia gender, sedangkan transgender yang berada pada lingkungan yang tidak bisa menerima perubahan maka akan cenderung memiliki tekanan lebih besar.

Disforia gender memang belum sepenuhnya terpecahkan penyebabnya, namun beberapa bukti didapatkan bahwa kemungkinan terbesar disforia dibsebabkan oleh pengalaman masa kecil. Beberapa meyakini bahwa mereka benar merasa bahwa ia salah gender maka banyak yang memilih jalan untuk operasi kelamin seks agar sesuai dengan gender yang diinginkan, namun ada juga yang mau menjalankan proses terapi atau bahkan mulai menerima diri sebagai gender yang telah diberikan.

Kondisi gender lainnya yaitu sindrom couvade saat sepasang kekasih yang mana salah satunya turut merasakan yang dialami oleh pasangannya. Contohnya suami yang turut merasakan sakit yang dialami istrinya saat melahirkan. Hal ini berkaitan dengan seberapa sensitive dan emosional tekanan pribadinya.

Pengaruh biologis terhadap gender, tentunya yang paling tampak yaitu identitas gender dari fisiknya yang membedakan antara perempuan dan laki-laki. Beberapa penelitian percaya bahwa hormon itu tidak hanya untuk pembentukan organ seksual tapi juga mempengaruhi si bayi tersebut. Untuk tahu identitas gender sedari bayi kita sudah bisa ditentukan dari ciri biologis, namun harapan atau ekspektasi dari orang tua juga dapat mempengaruhi gendernya. Misalkan sepasang kekasih mengharapkan anaknya laki-laki ternyata yang lahir seorang bayi perempuan, lalu bayi itu banyak bermain mainan laki-laki dan gayanya tomboy (menyerupai laki-laki). Menurut Hamann dkk. (2004) terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam menerima rangsangan, meski sama-sama terangsang tapi berbeda. Gambar erotis yang terjadi di otak mereka tampak berbeda.

Pengaruh lingkungan dalam identitas gender dapat dipengaruhi dari lingkungan masyarakat. Di beberapa budaya barat itu lebih besar ekspektasi lingkungannya terhadap laki-laki maskulin dibanding perempuan feminim. Jika ada laki-laki yang berpakaian seperti perempuan itu akan di cap buruk seperti dikatai banci dan lainnya. Sedangkan jika perempuan yang berpakaian menyerupai laki-laki disebut tomboy itu tidak terlalu dipandang buruk, masih bisa dinormalisasi.

Pengaruh budaya terhadap gender, pengaruh budaya juga termasuk dalam pengaruh lingkungan. Pada factor budaya itu dapat berbeda-beda di setiap daerahnya, karena di setiap daerah itu memiliki budaya yang beragam dan ekspektasi gender nya pun juga beragam.

2.     Perkembangan Peran Gender

Proses pembelajaran atau cara seseorang tahu bagaimana ekspektasi gender yang sebenarnya bisa dari beberapa cara. Pada teori pembelajaran sosial bahwa proses belajar itu bisa dari pengamatan langsung dan peniruan role model. Pada anak-anak cenderung akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtua, jika tindakan yang ditiru benar maka akan mendapat respon yang baik, tapi jika melakukan tindakan yang tidak benar maka akan ditegur agar tidak ditiru lagi.

Tentunya dalam proses pembelajaran peniruan role model itu tidak hanya pada orangtua saja, bisa dari saudara, teman, guru, bahkan di era teknologi yang sudah semakin berkembang, anak-anak bisa saja meniru apa yang dilihatnya di media digital.

Teori Skema Gender merupakan teori yang menggabungkan aspek sosial dan kognitif (Bem,1987). Maksudnya saat kita diberi gambaran atau skema mengenai laki-laki dan perempuan maka akan lebih tergambar jelas jika kita bertemu langsung dan mengamati objek laki-laki dan perempuan itu. Dengan bantuan proses pembelajaran peniruan role model jadi kita bisa tahu bagaimana laki-laki dan perempuan itu bersikap.

Menurut Martin.(2000) seorang bayi sebelum usia 1 tahun sudah bisa membedakan suara perempuan dan laki-laki, sehingga tak heran saat seorang anak laki-laki beranjak dewasa ia mulai bisa menolak memakai atribut berwarna pink karena itu iddentik dengan perempuan.

Stereotip Gender merupakan suatu teori mengenai stigma atau standar berdasarkan karakteristik yang tidak konkrit. Contohnya perempuan itu emosional, punya kemampuan mengasuh anak dan pada laki-laki logis, kuat, tidak punya kemampuan mengasuh anak. Bisa saja stereotip laki-laki yang kuat itu positif namun otomatis berarti negative bagi perempuan, secara tidak langsung mengatakan bahwa perempuan itu lemah

Androgyny merupakan yang mendeskripsikan kepribadian dirinya yang beda dari yang lain, dapat diibaratkan sebagai karakteristik yang membedakan dengan yang lain. Contohnya, seorang laki-laki yang ditinggal istrinya dan telah memiliki anak, otomatis ia akan mengasuh anak tersebut, namun ia menerima stereotip bahwa laki-laki tidak punya kemampuan untuk mengasuh makanya ia akan segera mencari istri untuk dijadikan sebagai ibu untuk mengurus si anak.

3.     Perbedaan Gender

·       Perbedaan Kognitif

Menurut Diamond . (1991) terdapat perbedaan kognitif perempuan dan laki-laki, perempuan memiliki kecerdasan verbal lebih baik dari laki-laki, tetapi laki-laki punya keterampilan atau kemampuan kreatif lebih tinggi dibanding perempuan. Bukti lainnya mengenai perbedaan kognitif yaitu dalam penggunaan otak cenderung bagian mana.

·       Perbedaan Sosial dan Kepribadian

Dalam sosial dan kepribadian memiliki perbedaan, semakin jelas dengan stereotop jenis kelamin. Laki-laki dituntut agar bisa menjadi tangguh, tidak cengeng dan perempuan sebaliknya yaitu cenderung emosional, terbuka saat berkomunikasi dengan orang lain. Dalam topik pembicaraan pun berbeda, di perkumpulan laki-laki saat berkumpul cenderung membicarakan mengenai olahraga, hobi, dan lainnya. Sedangkan pada perempuan cenderung membuka sesi curhat yang dapat membuat lebih dekat.

 

C.    Perilaku Seksual Manusia

1.     Respon Seksual

Respon seuksual yang dialami oleh laki-laki dan perempuan itu berbeda, mulai dari jangka waktu atau respon lainnya. Meski keduanya sama-sama merasakan namun memiliki respon yang berbeda. Menurut Maters and Johnson . (1966), respon seksual terbagi atas 4 tahapan, yaitu :

1.     Excitement

Pada tahap pertama ini yaitu kegembiraan yang berlangsung cukup lama, mulai dari 1 menit hingga beberapa jam kemudian. Biasanya hal ini ditandai dengan denyut nadi dan tekanan darah meningkat, pernapasan lebih cepat, terdapat rona merah pada kulit. Perbedaannya, pada perempuan yaitu klitoris membengkak, bibir vagina terbuka, dan area vagina lembab. Pada laki-laki yaitu penis terekresi, testis tertatik ke atas, dan skrotum mengencang.

2.     Plateau

Pada tahap kedua ini merupakan respon seksual lanjutan dari respon awal, pada wanita bagian luar vagina kan membengkak dan akan semakin banyak darah mengalir ke area tersebut, klitoris ke bawah tudung dan menjadi lebih sensitive, dan bibir vagina memerah. Pada laki-laki penis menjadi lebih ekresi dan mengeluarkan beberapa tetes cairan. Pada tahap ini hanya berlangsung selama beberapa detik hingga menit.

3.     Orgasm

Pada tahapan ketiga ini merupakan fase tersingkat yang melibatkan orgasm atau ritme otot. Biasanya berlengasung lebih lama pada perempuan. Pada perempuan rahim berkontraksi, ada kontraksi otot dinding vagina. Pada laki-laki kontraksi otot dalam dan sekitar penis, dan memicu keluar air mani.

4.     Resolution

Pada tahap resolusi merupakan tahap akhir, pada tahap ini kembalinya tubuh ke keadaan normal. Pada perempuan klitoris ke belakang, bibir vagina tertutup, warna vagina kembali normal, dan tekanan darah yang juga kembali normal. Pada laki-laki ereksi hilang, tetstis turun, terjadi refaktori, pada laki-laki refaktori prosesnya sedikit lama dan tergantung umur juga.

2.     Perbedaan Perilaku Seksual

Menurut Alferd Kinsey dkk.(1948) penelitiannya mengenai perilaku seksual, mengenai banyaknya orang yang melakukan perilaku seksual seperti masturbasi, seks anal, dan seks pranikah. Dari hasil tersebut didapat banyak yang menggunakan perilaku seksual alternatif. Kinsey juga melakukan wawancara, laki-laki lebih terbuka mengenai perilaku seksual dibandingkan perempuan. Namun dengan cara wawancara ini bisa saja data yang didapat oleh Kinsey tidak akurat dikarenakan bisa saja ada yang melebihkan atau mengurangkan data.

3.     Orientasi Seksual

Orientasi seksual mengacu pada bentuk kasih sayang ataupun ketertarikan seksual terhadap lawan jenis atau sesame jenis.

a.     Heteroseksual

Ketertarikan seksual kepada lawan jenis terhadap fisik. Dalam bahasa Yunani “hetero” berarti yang lain atau berbeda, jadi ketertarikan seksual terhadap yang berbeda jenis, seperti laki-laki tertarik kepada perempuan dan sebaliknya.

b.     Homoseksual

Dalam bahasa Yunani “homo” berarti sama, jadi ketertarikan seksual terhadap sesame jenis, contohnya laki-laki tertarik pada laki-laki juga disebut gay dan perempuan tertarik pada perempuan disebut lesbi.

c.     Biseksual

Biseksual berarti keduanya, yaitu ia bisa tertarik dengan sesame jenis dan juga pada lawa jenis. Pada survei nasional 0,4% laki-laki dan 0,9% perempuan mengaku kalau mereka biseksual (Ward dkk., 2014).

d.     Aseksual

Aseksual adalah kondisi dimana seseorang merasa tidak punya atau kurang ketertarikan seksual kepada sesama maupun kepada lawan jenis (Prause dkk., 2004). 

D.    Kesehatan dan Gangguan Seksual 

                Sexual Dysfunction and Problems

                A. Disfungsi Seksual

                    Dsifungsi seksual merupakan suatu masalah pada fungsi seksual atau kerja fisik yang di                  dapatkan dari hubungan actual seks. Dsimpulkan bahwa disfungsi seksual pada fisik dan psikogenik       yang berhubungan dengan faktor biologis seseorang. Disfungsi itu sendiri melibatkan 3 hal yaitu           gairah, minat seksual, dan respon. 

                    B. Paraphilia (perilaku seks)

                        Paraphilian merupakan suatu kondisi dimana seseorang ingin memenuhi gairah seksualnya             dengan perilaku seksual yang berbeda atau tidak biasa dan tidak diterima secara seksual. Biasanya          efek yang akan timbul seperti rasa bersalah, kecemasan, dan tidak nyaman.

                    C. Penyebab dan Pengaruh Dsifungsi Seksual

                        Disfungsi seksual itu berasal dari faktor organik, seperti dampak dari mengonsumsi obat-               obatan, penyakit, dapat juga dari faktor sosial budaya yang mana sangat buruk dalam berhubungan          sosial, atau bahkan dari faktor psikologis dari kepribadian dan pengalaman yang buruk.

           Infeksi Menular Seksual / Sexually Transmittes Infection (STI) 

                    Kesehatan seksual dapat disebabkan oleh banyak faktor, oleh faktor biologis, faktor organik, dan lainnya. IMS atau infeksi menular seksual merupakan infeksi yang diakibatkan oleh hubungan seks yang tanpa pengaman. Contohnya sebagai berikut :

            a. Klamid : infeksi yang didapat dari sel dalam tubuh. Ditandai dengan : testis membengkak, keluar           cairan, tidak nyaman saat buang air.

            b. Sifilis : disebabkan infeksi bakteri, gejalanya : luka pada area genital, dan bisa menyebar ke orang           lain.

           c. Gonorea : merupakan infeksi yang akan tumbuh biasanya pada area yang lembab, seperti pada                 anus, tenggorokan, dan lainnya. Gejalanya yaitu : pada pria keluar cairan keruh pada penis, berbau          busuk. Pada perempuan keputihan ringan, serviks meradang.

            d. Genital Herpes : disebabkan oleh virus herpes, gejalanya yaitu luka pada area genital, terasa gatal,          dan merasa kesemutan pada area yang luka.

            e. Kutil Kelamin : disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus), gejala yang timbul seperti :                  adanya kutil di alat kelamin.

            f. AIDS : disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), gejalan yang timbul seperti :                 kerusakan yang parah, dan bisa menyebabkan kekebalan tubuh menurun.

        

            Contoh :

        1. Mengenai identitas gender, bahwa perempuan itu feminim dan laki-laki itu maskulin. Bisa saja ada laki-laki yang menyerupai perempuan, mungkin dari segi berpakaian dan sebaliknya.

        2. Mengenai stereotip gender, seorang perempuan juga mempunyai sikap tangguh, dan laki-laki pun berhak juga untuk nangis, emosional


        Referensi :

       Ciccarelli,S.K.,& Noland White,J.(2001). Pstchology in Action, Fourth Edition 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses dan Fungsi Mental : Sensasi dan persepsi

Psikoanalisa dan Humanistik

Stress dan Kesehatan