Kepribadian

 Kepribadian



Nama         : Hanum Nabilah

NIM          : 2310321011

Kelas        : Psikologi A

Dosen Pengampu     :

Diny Amenike, M.Psi.,Psikolog

Mafaza, S.Psi.,M.Sc

Puji Gufron Rhodes, S.Psi., M.Si,






A.    Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah suatu cara seseorang dalam bertindak, berpikir, dan merasakan semasa hidupnya. Kepribadian adalah bidang psikologi tentang ciri khas atau perilaku manusia (Ciccarelli, 2015). Secara etimologis kata kepribadian dalam Bahasa Inggris yaitu “personality” yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu persona artinya topeng dan personare artinya menembus. Dahulunya para pemain sandiwara Yunani memakai topeng sebagai atribut dan diperkuat dengan ucapan dan gerak-gerik, karakter yang diperankan dapat menembus keluar dan tertebak oleh penonton. Dalam Bahasa Inggris persona berarti setiap individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian ialah suatu tindakan, ucapan setiap orang yang menjadi ciri khas dirinya. Berarti kepribadian setiap orang itu berbeda, sumber kepribadian itu dapat dari kecenderungan perilaku dan situasi.

 

B.    Pembentukan Kepribadian

Kepribadian itu dapat mempengaruhi beberapa aspek lain dalam kehidupan pada suatu situasi. Kepribadian itu dapat terbentuk dari pengalaman, kejadian masa lalu, factor keturunan sehingga hal ini juga membuat kepribadian masing-masing itu berbeda. Kepribadian juga dapat berubah atau berkembang seiring berjalannya waktu dan lingkungan yang dihadapi.

Beberapa teori perspektif menyatakan bagaimana kepribadian itu dapat terbentuk, melalui teori psikoanalisa, behaviour, kognitif, humanistic, dan lainnya. Namun dapat disimpulkan bahwa kepribadian terbentuk akibat adanya campuran dari beberapa factor tersebut.

 

C.    Perspektif Dalam Menjalankan Kepribadian

1.     Psikoanalisa

Dalam perkembangan psikologi terutama pada psikoanalisa yang mana dikemukakan oleh Sigmund Freud yang ingin memperdalam seseuatu dalam segi psikologisnya. Sigmund Freud juga disebut sebagai bapak psikoanalisa. Salah satu yang dianalisa oleh Freud adalah mengenai mimpi, ia percaya bahwa dengan mimpi kitab isa terhubung dengan alam bawah sadar. Saat tidur kita dalam kondisi yang lemah tapi tidak kehilangan pertahanan. Disinilah berkembangnya teori Freud mengenai sadar dan tidak sadar. Dari sinilah timbul bahwa kepribadian seseorang dapat diukur dengan proses Analisa melalui alam bawah sadar. Menurut Freud kesadaran kit aitu terdiri menjadi 3 bagian :

a.     Id

Id merupakan suatu keinginan yang tidak bisa dipengaruhi oleh ketidaksadaran, biasanya id itu merupakan suatu hal yang senang dan menuntut pemenuhan kepuasan dan kebutuhan.

a.     Super Ego

Super ego merupakan suatu kesadaran yang didapat dari pengalaman setiap orang.

b.     Ego

Ego merupakan penengah antara id dan superego, ia berada antara id dan superego. Bisa dibilang ego bekerja sebagai penyeimbang antara keduanya.

 

1.     Behavioral dan Social Kognitif

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang melihat kepribadian seseorang melalui kebiasaan orang tersebut dalam bertingkah laku. Contohnya bagaimana seseorang bisa punya sifat malu. Setiap anak tentunya mendapat didikan yang berbeda dari orang tua masing-masing, jika seorang anak mendapat didikan yang keras atau disiplin maka disetiap kesalahan anak tersebut akan mendapat hukuman yang keras. Dengan begitu anak tersebut cenderung menutup diri dan takut melakukan kesalahan begitupun di dunia sekolah nantinya, sehingga anak tersebut menarik diri dan menjadi pemalu. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa dari suatu kebiasaan dapat menghasilkan kepribadian seseorang.

Dari segi sosial kognitif nya, para ahli dalam teori kognitif sosial menekankan pentingnya pengaruh dari orang lain terhadap kepribadian seseorang. Contohnya pada teori kognitif sosial Alberts Bandura, pada penelitian itu dapat disimpulkan bahwa dengan melihat sikap role model maka dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Dapat terlihat jelas bahwa orang lain punya pengaruh terhadap kepribadian kita.

Pada social kognitif menurut B.F Skinner bahwa perilaku dapat diperkuat dengan penguatan positif sehingga berpotensi untuk pengulangan dan penguatan negative yang berpotensi untuk tidak diulang. Jadi dari pengalaman yang telah terjadi kita dapat memaki kognitif untuk melakukan tindakan atau perilaku selanjutnya, apakah akan dipertahankan atau tidak.

  

2.     Humanistik

Pada tahun 1960 terdapat sekelompok orang yang ditemui oleh Abraham Maslow yang kemudian mereka memulai Gerakan yang dinamakan psikologi kekuatan ketiga. Psikologi humanistic ini berfokus pada sifat dan sikap indivisu secara keseluruhan, bagaimana individu tersebut dapat mengembangkan dirinya hinggap tahap aktualisasi diri. Berikut beberapa teori humanistik :

a.     Teori Kebutuhan Abraham Maslow

Pada teori kebutuhan Maslow ini sering juga disebut sebagai piramida kebutuhan, yang mana kita harus memulai dari kebutuhan paling mendasar (bawah) untuk bisa lanjut ke kebutuhan selanjutnya hingga memenuhi kebutuhan paling akhir.

1.     Physiological Needs

Kebutuhan fisiologi ini ialah kebutuhan mendasar untuk seseorang bisa bertahan hidup, contohnya seperti makan, minum, tidur, dan lainnya.

2.     Safety Needs

Setelah tahap satu terpenuhi maka akan lanjut pada pemenuhan kebutuhan keamanan, tentunya untuk bisa hidup dengan nyaman kita perlu yang namanya rasa aman.

3.     Social Needs

Setelah tahap satu dan dua terpenuhi baru lanjut pada tahap pemenuhan kebutuhan sosial, kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang. Tentunya setiap orang butuh bersosialisasi, butuh untuk menerima perasaan kasih sayang.

4.     Esteem Needs

Tahap selanjutnya yaitu kebutuhan akan penghargaan, saat kita mengenal banyak orang tentunya kita juga butuh yang namanya penghargaan atau merasa berharga dan dihargai. Mempunyai harga diri itu juga merupakan hal yang penting.

5.     Self Actualization

Pada tahap ini merupakan kebutuhan paling tinggi yang mana tidak semua orang bisa mencapai tahap ini. Tahap aktualisasi merupakan kebutuhan aktualisasi diri dan terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

 

b.     Teori Self Actualization Carl Rogers

Teori ini berfokus pada pembahasan mengenai aktualisasi diri yang dikemukakam oleh Rogers. Menurutnya setiap individu memiliki kebutuhan maupun keinginan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap orang mempunyai diri idealnya masing-masing dan memiliki motivasi untuk mewujudkan hal tersebut. Rogers percaya antara diri sebenarnya dan diri ideal itu sangat dekat jadi bisa saja untuk diwujudkan. Saat kita sudah benar berkembang maka dalam mengambil keputusan kita tidak repot menanyakan persetujuan atau penolakan orang lain karena kita sudah punya nilai diri dan percaya akan kemampuan diri.

 

3.     Teori Trait

Teori trait ini merupakan teori yang menjelaskan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari sifat. Sifat merupakan cara berpikir, merasakan, bertindak secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama (Ciccarelli, 2015). Trait juga melihat kesamaan sifat antar individu yang selanjutnya akan dibandingkan satu sama lain. Selain itu dengan Trait juga dapat mengidentifikasi apa langkah selanjutnya yang akan diambil, siapa yang lebih mudah bergaul dan tidak, dan lain sebagainya.

Para peneliti menyimpulkan terdapat model 5 faktor yang menggambarkan kepribadian, yaitu :

a.     Openness (keterbukaan)

Suatu sifat seseorang yang bersifat terbuka, maksudnya seseorang itu suka dengan hal baru dan pengalaman baru, karena dengan begitu akan berpotensi untuk pengembangan diri. Seseorang yang tertutup mereka tidak mau merubah keadaan dengan mencoba hal baru.

b.     Conscientiousness (kehati-hatian)

Seseorang yang memiliki sifat hati-hati terhadap semua hal, terhadap waktu, barang, dan lainnya. Berhati-hati terhadap waktu dapat diartikan dengan disiplin waktu.

c.     Extraversion

Extraversion merupakan istilah yang dikembangkan oleh Carl Jung, yakni tipe kepribadian seseorang dibagi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Ekstrovert merupakan individu yang mudah bergaul, ramah dan introvert sebaliknya yaitu pemalu, tidak suka bergaul.

d.     Agreeableness

Lebih mengacu pada emosional setiap orang, seperti pemarah, santai, ramah, dan lainnya.

e.     Neuroticism

Berhubungan dengan stabil dan tidaknya emosi seseorang, seperti  mudah cemas, mudah khawatir, mudah sedih, dan lainnya.

 

A.    Pengukuran Kepribadian (Assessment)

Pembentukan kepribadian dapat dipengaruhi beberapa hal, seperti genetic, lingkungan, budaya, dan lainnya. Kepribadian juga dapat diukur dan dinilai dengan beberapa metode dan pendekatan terhadap teori, para professional psikolog biasanya lebih melihat dari sudut pandang, dengan mengambil sudut pandang eklektik. Sudut pandang eklektik merupakan dengan memakai teori yang mendekati dengan situasi yang terjadi. Cara mengukur kepribadian juga memiliki beberapa metode sebagai berikut :

1.     Observasi Langsung

Dengan mengamati secara langsung melalui gerak-gerik, tingkah laku, dan lainnya dari objek sehingga nanti dapat disimpulkan. Mengamati klien secara langsung dengan melakukan beberapa tindakan.

2.     Skala dan Jumlah Frekuensi

Penilai secara langsung menghitung frekuensi perilaku dalam jangka waktu yang ditentukan. Dengan hasil skala penilaian akan di diagnose atau dianalisis kepribadian.

3.     Wawancara

Tentunya proses wawancara sudah tidak asing lagi, yakni dengan langsung menemui objek dan menanyakan beberapa pertanyaan yang terkait. Dari jawaban yang diberikan nantinya dapat dianalisa lebih dalam lagi. Pada proses wawancara ini kita bisa mendapat jawaban yang lebih detail dan luas.

4.     Kuesioner

Para peneliti juga cenderung menyukai car aini, bisa juga disebut sebagai inventarisasi kepribadian. Pada kuesioner diajukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang spesifik, seperti “ya”, “tidak”. Pertanyaan ini dapat dijawab oleh objek dengan menyesuaikan dengan diri sendiri seperti apa yang dirasakan denga napa adanya. Setelah ini juga ada yang namanya skala validitas, yang mana merupakan tahap pengujian apakah responden menjawab dengan jujur.

 

B.    Genetik dan Lingkungan Mempengaruhi Kepribadian

Pada bidang genetika untuk melihat seberapa besar pengaruh gen (yang diwariskan) dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Genetic yang diwariskan dari orang tua bisa mempengaruhi kepribadian, para peternak hewan telah mengetahui hubungan antara keduanya.

Selain genetika factor lingkungan juga dapat mempengaruhi kepribadian, contohnya pada penelitian mengenai anak adopsi. Maka diteliti perbedaan antara anak adopsi dan anak kandung di lingkungan yang sama, lalu disimpulkan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

Antara faktor genetika dan lingkungan tidak bisa dipisahkan karena antara keduanya saling berhubungan. Jadi kepribadian itu dapat dipengaruhi dari kontribusi antara factor lingkungan dan genetika.

 

Contoh Dalam Kehidupan :

1.     Pada sosial kognitif, saat kita berada pada sebuah pesta yang sangat asing. Kita tidak tahu bagaimana orang makan dengan benar, karena malu bertanya kitab isa melihat orang lain terlebih dahulu, bagaimana cara ia makan. Setelah kita lihat dan amati maka selanjutnya dapat kita aplikasikan dengan baik.

2.     Pada factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian, contohnya pada lingkungan rumah kita adalah sosok yang ceria, namun saat menjadi mahasiswa baru dan baru pertama kali ke kampus bertemu orang baru dikenal maka kita cenderung menjadi pribadi yang malu dan pendiam.

 

Referensi :

1.     Ciccarelli,S.K.,& Noland White,J.(2001). Pstchology in Action, Fourth Edition.

2.     Richard M. Ryckman. 2007. Theories Of Personality Ninth Edition : Cengage Learning.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses dan Fungsi Mental : Sensasi dan persepsi

Psikoanalisa dan Humanistik

Stress dan Kesehatan