Kepribadian
Kepribadian
A. Pengertian
Kepribadian
Kepribadian adalah suatu cara seseorang dalam
bertindak, berpikir, dan merasakan semasa hidupnya. Kepribadian adalah bidang
psikologi tentang ciri khas atau perilaku manusia (Ciccarelli, 2015). Secara etimologis
kata kepribadian dalam Bahasa Inggris yaitu “personality” yang berasal
dari Bahasa Yunani yaitu persona artinya topeng dan personare artinya
menembus. Dahulunya para pemain sandiwara Yunani memakai topeng sebagai atribut
dan diperkuat dengan ucapan dan gerak-gerik, karakter yang diperankan dapat
menembus keluar dan tertebak oleh penonton. Dalam Bahasa Inggris persona berarti
setiap individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian ialah suatu tindakan,
ucapan setiap orang yang menjadi ciri khas dirinya. Berarti kepribadian setiap
orang itu berbeda, sumber kepribadian itu dapat dari kecenderungan perilaku dan
situasi.
B. Pembentukan
Kepribadian
Kepribadian itu dapat mempengaruhi beberapa aspek lain
dalam kehidupan pada suatu situasi. Kepribadian itu dapat terbentuk dari
pengalaman, kejadian masa lalu, factor keturunan sehingga hal ini juga membuat
kepribadian masing-masing itu berbeda. Kepribadian juga dapat berubah atau
berkembang seiring berjalannya waktu dan lingkungan yang dihadapi.
Beberapa teori perspektif menyatakan bagaimana
kepribadian itu dapat terbentuk, melalui teori psikoanalisa, behaviour,
kognitif, humanistic, dan lainnya. Namun dapat disimpulkan bahwa kepribadian
terbentuk akibat adanya campuran dari beberapa factor tersebut.
C. Perspektif
Dalam Menjalankan Kepribadian
1. Psikoanalisa
Dalam perkembangan
psikologi terutama pada psikoanalisa yang mana dikemukakan oleh Sigmund Freud
yang ingin memperdalam seseuatu dalam segi psikologisnya. Sigmund Freud juga
disebut sebagai bapak psikoanalisa. Salah satu yang dianalisa oleh Freud adalah
mengenai mimpi, ia percaya bahwa dengan mimpi kitab isa terhubung dengan alam
bawah sadar. Saat tidur kita dalam kondisi yang lemah tapi tidak kehilangan
pertahanan. Disinilah berkembangnya teori Freud mengenai sadar dan tidak sadar.
Dari sinilah timbul bahwa kepribadian seseorang dapat diukur dengan proses
Analisa melalui alam bawah sadar. Menurut Freud kesadaran kit aitu terdiri
menjadi 3 bagian :
a. Id
Id merupakan suatu keinginan
yang tidak bisa dipengaruhi oleh ketidaksadaran, biasanya id itu merupakan
suatu hal yang senang dan menuntut pemenuhan kepuasan dan kebutuhan.
a. Super
Ego
Super ego merupakan suatu
kesadaran yang didapat dari pengalaman setiap orang.
b. Ego
Ego merupakan penengah
antara id dan superego, ia berada antara id dan superego. Bisa dibilang ego
bekerja sebagai penyeimbang antara keduanya.
1. Behavioral
dan Social Kognitif
Behaviorisme
merupakan salah satu aliran psikologi yang melihat kepribadian seseorang melalui
kebiasaan orang tersebut dalam bertingkah laku. Contohnya bagaimana seseorang
bisa punya sifat malu. Setiap anak tentunya mendapat didikan yang berbeda dari
orang tua masing-masing, jika seorang anak mendapat didikan yang keras atau
disiplin maka disetiap kesalahan anak tersebut akan mendapat hukuman yang
keras. Dengan begitu anak tersebut cenderung menutup diri dan takut melakukan kesalahan
begitupun di dunia sekolah nantinya, sehingga anak tersebut menarik diri dan
menjadi pemalu. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa dari suatu kebiasaan
dapat menghasilkan kepribadian seseorang.
Dari
segi sosial kognitif nya, para ahli dalam teori kognitif sosial menekankan pentingnya
pengaruh dari orang lain terhadap kepribadian seseorang. Contohnya pada teori
kognitif sosial Alberts Bandura, pada penelitian itu dapat disimpulkan bahwa
dengan melihat sikap role model maka dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Dapat
terlihat jelas bahwa orang lain punya pengaruh terhadap kepribadian kita.
Pada
social kognitif menurut B.F Skinner bahwa perilaku dapat diperkuat dengan
penguatan positif sehingga berpotensi untuk pengulangan dan penguatan negative yang
berpotensi untuk tidak diulang. Jadi dari pengalaman yang telah terjadi kita
dapat memaki kognitif untuk melakukan tindakan atau perilaku selanjutnya,
apakah akan dipertahankan atau tidak.
2. Humanistik
Pada tahun 1960 terdapat sekelompok
orang yang ditemui oleh Abraham Maslow yang kemudian mereka memulai Gerakan yang
dinamakan psikologi kekuatan ketiga. Psikologi humanistic ini berfokus pada sifat
dan sikap indivisu secara keseluruhan, bagaimana individu tersebut dapat
mengembangkan dirinya hinggap tahap aktualisasi diri. Berikut beberapa teori humanistik
:
a. Teori
Kebutuhan Abraham Maslow
Pada teori kebutuhan Maslow
ini sering juga disebut sebagai piramida kebutuhan, yang mana kita harus
memulai dari kebutuhan paling mendasar (bawah) untuk bisa lanjut ke kebutuhan
selanjutnya hingga memenuhi kebutuhan paling akhir.
1. Physiological
Needs
Kebutuhan fisiologi ini
ialah kebutuhan mendasar untuk seseorang bisa bertahan hidup, contohnya seperti
makan, minum, tidur, dan lainnya.
2. Safety
Needs
Setelah tahap satu
terpenuhi maka akan lanjut pada pemenuhan kebutuhan keamanan, tentunya untuk
bisa hidup dengan nyaman kita perlu yang namanya rasa aman.
3. Social
Needs
Setelah tahap satu dan dua
terpenuhi baru lanjut pada tahap pemenuhan kebutuhan sosial, kebutuhan akan
memiliki dan kasih sayang. Tentunya setiap orang butuh bersosialisasi, butuh
untuk menerima perasaan kasih sayang.
4. Esteem
Needs
Tahap selanjutnya yaitu
kebutuhan akan penghargaan, saat kita mengenal banyak orang tentunya kita juga
butuh yang namanya penghargaan atau merasa berharga dan dihargai. Mempunyai harga
diri itu juga merupakan hal yang penting.
5. Self
Actualization
Pada tahap ini merupakan
kebutuhan paling tinggi yang mana tidak semua orang bisa mencapai tahap ini. Tahap
aktualisasi merupakan kebutuhan aktualisasi diri dan terus mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya.
b. Teori
Self Actualization Carl Rogers
Teori ini berfokus pada
pembahasan mengenai aktualisasi diri yang dikemukakam oleh Rogers. Menurutnya setiap
individu memiliki kebutuhan maupun keinginan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Setiap orang mempunyai diri idealnya masing-masing dan memiliki
motivasi untuk mewujudkan hal tersebut. Rogers percaya antara diri sebenarnya
dan diri ideal itu sangat dekat jadi bisa saja untuk diwujudkan. Saat kita
sudah benar berkembang maka dalam mengambil keputusan kita tidak repot
menanyakan persetujuan atau penolakan orang lain karena kita sudah punya nilai
diri dan percaya akan kemampuan diri.
3. Teori
Trait
Teori trait ini merupakan
teori yang menjelaskan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari sifat. Sifat
merupakan cara berpikir, merasakan, bertindak secara terus menerus dalam jangka
waktu yang lama (Ciccarelli, 2015). Trait juga melihat kesamaan sifat antar
individu yang selanjutnya akan dibandingkan satu sama lain. Selain itu dengan Trait
juga dapat mengidentifikasi apa langkah selanjutnya yang akan diambil, siapa
yang lebih mudah bergaul dan tidak, dan lain sebagainya.
Para peneliti
menyimpulkan terdapat model 5 faktor yang menggambarkan kepribadian, yaitu :
a. Openness
(keterbukaan)
Suatu sifat seseorang
yang bersifat terbuka, maksudnya seseorang itu suka dengan hal baru dan
pengalaman baru, karena dengan begitu akan berpotensi untuk pengembangan diri. Seseorang
yang tertutup mereka tidak mau merubah keadaan dengan mencoba hal baru.
b. Conscientiousness
(kehati-hatian)
Seseorang yang memiliki
sifat hati-hati terhadap semua hal, terhadap waktu, barang, dan lainnya. Berhati-hati
terhadap waktu dapat diartikan dengan disiplin waktu.
c. Extraversion
Extraversion merupakan
istilah yang dikembangkan oleh Carl Jung, yakni tipe kepribadian seseorang
dibagi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Ekstrovert merupakan individu yang
mudah bergaul, ramah dan introvert sebaliknya yaitu pemalu, tidak suka bergaul.
d. Agreeableness
Lebih mengacu pada
emosional setiap orang, seperti pemarah, santai, ramah, dan lainnya.
e. Neuroticism
Berhubungan dengan stabil
dan tidaknya emosi seseorang, seperti mudah
cemas, mudah khawatir, mudah sedih, dan lainnya.
A. Pengukuran
Kepribadian (Assessment)
Pembentukan
kepribadian dapat dipengaruhi beberapa hal, seperti genetic, lingkungan, budaya,
dan lainnya. Kepribadian juga dapat diukur dan dinilai dengan beberapa metode
dan pendekatan terhadap teori, para professional psikolog biasanya lebih melihat
dari sudut pandang, dengan mengambil sudut pandang eklektik. Sudut pandang
eklektik merupakan dengan memakai teori yang mendekati dengan situasi yang
terjadi. Cara mengukur kepribadian juga memiliki beberapa metode sebagai
berikut :
1. Observasi
Langsung
Dengan mengamati secara
langsung melalui gerak-gerik, tingkah laku, dan lainnya dari objek sehingga
nanti dapat disimpulkan. Mengamati klien secara langsung dengan melakukan
beberapa tindakan.
2. Skala
dan Jumlah Frekuensi
Penilai secara langsung
menghitung frekuensi perilaku dalam jangka waktu yang ditentukan. Dengan hasil skala
penilaian akan di diagnose atau dianalisis kepribadian.
3. Wawancara
Tentunya proses wawancara
sudah tidak asing lagi, yakni dengan langsung menemui objek dan menanyakan
beberapa pertanyaan yang terkait. Dari jawaban yang diberikan nantinya dapat
dianalisa lebih dalam lagi. Pada proses wawancara ini kita bisa mendapat
jawaban yang lebih detail dan luas.
4. Kuesioner
Para peneliti juga
cenderung menyukai car aini, bisa juga disebut sebagai inventarisasi
kepribadian. Pada kuesioner diajukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang
spesifik, seperti “ya”, “tidak”. Pertanyaan ini dapat dijawab oleh objek dengan
menyesuaikan dengan diri sendiri seperti apa yang dirasakan denga napa adanya. Setelah
ini juga ada yang namanya skala validitas, yang mana merupakan tahap pengujian
apakah responden menjawab dengan jujur.
B. Genetik
dan Lingkungan Mempengaruhi Kepribadian
Pada
bidang genetika untuk melihat seberapa besar pengaruh gen (yang diwariskan)
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Genetic yang diwariskan dari orang
tua bisa mempengaruhi kepribadian, para peternak hewan telah mengetahui
hubungan antara keduanya.
Selain
genetika factor lingkungan juga dapat mempengaruhi kepribadian, contohnya pada
penelitian mengenai anak adopsi. Maka diteliti perbedaan antara anak adopsi dan
anak kandung di lingkungan yang sama, lalu disimpulkan bahwa lingkungan dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang.
Antara
faktor genetika dan lingkungan tidak bisa dipisahkan karena antara keduanya saling
berhubungan. Jadi kepribadian itu dapat dipengaruhi dari kontribusi antara factor
lingkungan dan genetika.
Contoh
Dalam Kehidupan :
1. Pada
sosial kognitif, saat kita berada pada sebuah pesta yang sangat asing. Kita tidak
tahu bagaimana orang makan dengan benar, karena malu bertanya kitab isa melihat
orang lain terlebih dahulu, bagaimana cara ia makan. Setelah kita lihat dan
amati maka selanjutnya dapat kita aplikasikan dengan baik.
2. Pada
factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian, contohnya pada
lingkungan rumah kita adalah sosok yang ceria, namun saat menjadi mahasiswa
baru dan baru pertama kali ke kampus bertemu orang baru dikenal maka kita
cenderung menjadi pribadi yang malu dan pendiam.
Referensi
:
1. Ciccarelli,S.K.,&
Noland White,J.(2001). Pstchology in Action, Fourth Edition.
2. Richard
M. Ryckman. 2007. Theories Of Personality Ninth Edition : Cengage Learning.
Komentar
Posting Komentar